Sunday 3 August 2008

Air Mata di Wajah Kesedihan Irak-Lami'ah Abbas Amarah

Air Mata di Wajah Kesedihan Irak
(Lami'ah Abbas Amarah - Irak)

Di dada Irak, ku rebahkan kepalaku dan berlinanglah air mata
hatinya memikul duka cita yang sama seperti hatiku
ia membelai dan menenangkanku; aku pun terlelap tidur
seperti anak sungai kesedihan, yang dijalin antara
jiwa dan rintihan kami, atau bahkan kebisuan kami.
O, ratapan hati,
O, mata yang terindah.
Aku sudah pernah menyaksikan
apa yang telah mempersatukan kami?
kekejaman dari peperangan ini?
Atau nafsu karena cinta?
O, Wajah sedih dari tanah tumpah darah ku
air mata apa, cinta apa yang dapat menghapus wajah sedih itu?
O, keluargaku, sekarang hanya teror mengisi rasa lapar mereka,
dan dahaga mereka.
O, kepanikan dan kebangkitan.
Adakah jalan yang tak membawa
mereka kepada kehancuran dan neraka.
Adakah tempat perlindungan bagi mereka?
Di masa apa kami ini hidup? Masa barbarisme?
atau masa peradaban,
yang dipermalukan oleh perbuatan-perbuatannya di Amiriyyah?
Ini adalah kemurungan dari ksatria yang terkalahkan,
tangannya menjadi lumpuh tak berdaya,
dahinya memikul bagian terberat dari kehancuran
semua kesedihan menyemburat di pohon-pohon kurma,
semua lagu ratapan mengalun dari Selatan,
semua gema-gema menyuarakan rintihan
O, pohon-pohon kurma dari Samawah
berapa banyak kekejaman yang masih ada di dunia ini?
tujuh puluh ribu anak-anak, manis seperti biji
- Tidak, bahkan yang lebih manis telah jatuh,
beserta nyala daun-daunmu.
Untuk apa dosa-dosa,
o, pohon-pohon kurma Samawah?
Dulu aku seperti seekor kuda betina berkepala keras.
Aku tak tersandung.
ataukah dulu aku mudah menundukkan
kepemilikan kebanggaan pohon-pohon kurma,
dari keramahtamahan abadi tanah tumpah darahku.
Aku lebih bangga menderita kelaparan, dibandingkan membungkuk
menentang, seperti pohon kurma.
Alas! Tuntunlah, aku adalah hari untuk melupakan kebanggaanku
ketika pemanduku sendiri menyesatkanku
Lihat! kini aku menengadahkan tanganku meminta-minta para derma,
yang dibagikan oleh tangan-tangan yang sama-sama menghancurkan peradaban.

Diterjemahkan oleh Achmad Aef dari versi bahasa Inggris Tears on a Sad Iraqi Face yang diterjemahkan dari versi Arab oleh Salih J. Altoma.

Engkaulah Penyebabnya-Shalâh ‘Abd al-Shabûr

ENGKAULAH PENYEBABNYA
DUHAI KEKASIHKU

Cintaku…
Ketika hati berdetak karena cinta
Akal ini tergelincir dalam nafsu
Perasaan kacau, kata-kata penuh bimbang
Tatapan-tatapan kosong dalam jagad yang luas
Air mata mengalir dengan tanpa sebab
Seperti kesedihanku yang menimpaku dengan tanpa sebab
Seperti mimpi-mimpiku yang hancur dan berserak
Hingga nyala apinya padam
Tanpa sebab
Aku tak percaya ketika hati ini berdetak
Dan air mata mengalir di pipiku
Apa yang menggoncangkan jiwaku
Dan menggerakkan tulang rusukku
Ini kah denyut rasa sakit
Atau perih karena sayat luka
Dari susah payahnya hidup
Atau kah ini kegembiraan dan cinta
Di dasar lubuk hatiku angin berhembus
Dan kilat memancar
Wahai Tuhanku
Perasaan-perasaan aneh apa yang menimpaku
Mencengkeram di hati yang bercinta
Seperti bah banjir yang mencerabut akar
Menyingkirkan batu-batu besar
Dan mengalir ke muara
Tetapi, wahai cintaku…
Meski cinta yang membakar jiwa penuh dengan api
Dan meski kelenjar air mataku yang mendidih
Dan kesedihanku yang menimpaku tanpa sebab
Engkau tetap membekaskan cinta
Engkaulah penyebabnya
Engkaulah penyebabnya

Diterjemahkan oleh Achmad Aef dari versi Arabnya.

Tentang Penyair
Shalâh ‘Abd ash-Shabûr lahir di sebuah desa yang terletak sebelah timur Delta Nil pada tahun 1931. Menyelesaikan pendidikan dasar dan menegahnya di sekolah negeri Mesir. Kemudian melanjutkan ke Jurusan Bahasa Arab Fakultas Sastra Universitas Fuad I (sekarang Universitas Kairo). Di universitas tersebut dirinya belajar kepada Syekh Amîn al-Khûlî yang kemudian mengantarkannya ke Jamâ’ah al-Amnâ’ dan kemudian ke al-Jam’iyyah al-Adabiyyah. Kedua kelompok itu memiliki pengaruh besar terhadap gerakan kreasi sastra dan kritik di Mesir. Ia adalah salah satu pioner pendobrak dalam gerakan puisi bebas Arab, sebagaimana ia juga salah satu penyair Arab minoritas yang turut berperan dalam penyusunan naskah drama.
Referensi-referensi yang memengaruhi dan mewarnai kreatifitas ash-Shabûr sangat beragam, yaitu mulai dari puisi-puisi orang pinggiran sampai puisi hikmah, pemikiran beberapa pembesar kaum sufi seperti al-Hallâj, dan Basyar al-Hâfî yang ia poleskan pada sebagian puisi dan naskah dramanya. Selain itu, belajar mengambil manfaat dari para penyair Perancis dan Jerman yang cenderung pada puisi-puisi simbolis, seperti Baudelaire, serta para penyair Inggris dengan puisi filsafatnya seperti John Don, John Keats, Eliot, dan lainnya. Ia juga tidak menyia-nyiakan kesempatannya untuk mempelajari warisan filsafat India ketika menjadi pembina kebudayaan pada kedutaan di India.

(Sumber: Achmad Atho’illah, Leksikon Sastrawan Arab Modern: Biografi &Karyanya, Yogyakarta: Datamedia, 2007)

The Ziggurat Builders-Sargon Boulus

PARA PEMBANGUN ZIGGURAT
(Sargon Boulus)

Mereka adalah
para pemimpi yang pertama
yang telah membubuhkan bentuk
sebuah mimpi di lempengan tanah liat:
Sebuah ruangan tempat para pendoa
yang akan menimbang
kemuliaan.

Mereka tahu:
orang asing pernah
melintas di antaranya,
dan kemudian menghilang.
Tempat teduhnya
akan ditebus
dalam wujud
sebuah ziggurat –
kapal para dewa
yang pemimpin bonekanya
kan memecah awan.

Dan mendengar:
Ini adalah bahtera waktu,
di pantainya
dari waktu ke waktu,
kita mungkin memandang sepintas
sebuah gambar seorang leluhur
berkulit putih
yang akan memberi isyarat pada kita
lintasan seribu tahun
dan menantikan kapalnya.

Diterjemahkan oleh Achmad Aef dari versi bahasa Inggris The Ziggurat Builders yang diterjemahkan dari versi Arabnya oleh penyairnya sendiri.

TENTANG PENYAIR
Sargon Boulus lahir di dekat danau al-Habâniyah yang terletak di wilayah Kirkûk, Irak pada tahun 1924 dari keluarga berkebangsaan Syria. Ia adalah seorang penyair, cerpenis, dan juga penerjemah yang berdomisili di San Fransisco. Karyanya banyak dimuat pada sejumlah majalah dan surat kabar Irak dan Arab. Boulus mulai mempublikasikan karya puisi dan cerpennya pada tahun 1961 dan turut memberikan kontribusi pada majalah Syi’r yang dipelopori oleh Yûsuf al-Khâl dan Adonis di Beirut.Boulus pernah bekerja di Beirut pada divisi tarjamah. Pada tahun 1969, ia pergi ke Amerika yang kemudian menerbitkan majalah Dajlah dalam bahasa Inggris. Melalui puisinya, Boulus cukup memberikan warna dan pengaruh besar terhadap para penyair muda generasi modern saat ini. Bersama-sama dengan Fâdhil al-‘Azâwî, Muayyad ar-Râwî, Shalâh Fâ’iq, dan Jân Dammo, ia mendirikan Jamâ’ah Kirkûk.Puisi dan karya terjemahan Boulus sudah mulai muncul di sejumlah majalah dan media massa Arab. Sampai saat ini, ia telah menerbitkan 6 buah antologi puisi. Dirinya dikenal sebagai penerjemah Arab yang handal untuk pengalihan bahasa puisi-puisi Inggris dan Amerika seperti karya-karya Ezra Pound, W. H. Auden, W. S. Merwin, Shakespeare, Shelley, William Carlos Williams, Allen Ginsberg, Ted Hughes, Sylvia Plath, Robert Duncan, John Ashbury, Robert Bly, Anne Sexton, John Logan, dan juga sejumlah penyair lain seperti Rilke, Neruda, Vasko Popa, dan Ho Chi Min.

(Sumber: Achmad Atho’illah. Leksikon Sastrawan Arab Modern (Biografi & Karyanya). Yogyakarta: Datamedia bekerjasama dengan al-Mu’allaqât Centre, 2007)

MESKI MUSIM GUGUR-Arif Khudhairi

MESKI MUSIM GUGUR
(Arif Khudhairi)

Di musim panas
Di dekat anak sungai
Yang mungil… yang kecil…
Kami berjalan, sementara pagi
Begitu indah bak purnama bersinar di angkasa
Mentari pun memenuhi bumi dengan cahaya
Yang memancar seindah emas
Dan ketika aku memandangmu
Aku melihat
Air mata di pelupuk matamu
Mengucur seperti hujan
Dalam keheningan

diterjemahkan oleh
Achmad Aef
(anggota the Muallaqat Forum of Jogjakarta Indonesia)

AKU BERKATA PADA MU-Adonis

AKU BERKATA PADA MU
(Adonis)

Aku berkata padamu:
Aku telah mendengarkan laut
membacakan sajak-sajaknya untuk ku
Aku mendengarkan lonceng-lonceng
tidur nyenyak dalam kulit tiram.
Aku berkata padamu:
Aku menyenandungkan laguku
pada perkawinan setan
dan pesta dongeng.
Aku berkata padamu:
Aku memandang,
di tengah hujan sejarah
dan cahaya antara
peri dan kediaman.
Karna aku berlayar di mataku,
Aku berkata padamu, aku memandang
segalanya
dalam jarak langkah pertama.

translated
by Achmad Aef

Sinbad-Shalâh ‘Abd al-Shabûr

Di antara penyair Arab modern yang menggubah puisinya dalam bentuk puisi bebas adalah Shalâh ‘Abd al-Shabûr. Ia adalah salah satu pioner pendobrak dalam gerakan puisi bebas Arab. Referensi-referensi yang mempengaruhi dan mewarnai kreatifitas al-Shabûr sangat beragam, yaitu mulai dari puisi-puisi orang pinggiran sampai puisi hikmah, pemikiran-pemikiran beberapa pembesar kaum sufi seperti al-Hallâj, dan Basyar al-Hâfî yang ia poleskan di sebagian puisi dan naskah dramanya. Selain itu ia juga tidak segan-segan mengambil pemikiran dari para penyair Perancis dan Jerman yang cenderung pada puisi-puisi simbolis, seperti Baudelaire, serta para penyair Inggris dengan puisi filsafatnya seperti John Don, John Keats, Eliot, dsb Selain itu ia juga pernah mempelajari warisan filsafat India. Selama masa hidupnya al-Shabûr sudah menghasilkan antologi puisi sebanyak 16 antologi.


SINBAD


Dalam remang senja, bantal itu berselimutkan dedaunan
Seperti wajah bangkai tikus berkafan mantra
Dan kening itu berpeluh keringat
Sementara halimun merengkuh octopus
Di remang senja Sinbad kembali
Tuk melabuhkan kapalnya
Di pagi buta para peminum membaur di kedai minum
Untuk mendengarkan hikayat pengembaraan di samudra lepas
Sinbad:
Jangan pernah kau bercerita kepada mereka tentang aral rintangan
Jika kau katakan kepada mereka yang sadar: aku ini mabuk
Maka ia pasti akan berkata: Bagaimana ini?
Sinbad laksana badai, jika ia diam ia mati.
Para peminum:
Sinbad, ini tidak mungkin bagi kami untuk menjelajahi negeri ini
Sementara kami di sini berbaring bersama para wanita
Menanam pohon-pohon anggur
Memeras arak untuk musim dingin
Dan membaca buku di pagi dan senja hari
Ketika kami kembali dengan membawa musuh di kedai minum
Kamu akan bercerita kepada kami hikayat pengembaraan di samudra lepas.

Diterjemahkan oleh Achmad Aef dari judul aslinya as-Sinbad

Still Life-Sa'di Yusuf

LUKISAN BENDA MATI
(Sa’di Yusuf)

Tanaman rumah itu
melentur di bawah padatnya udara
Di atas meja
Di antara asbak yang muntah dan sekantong tembakau
terserak lembaran-lembaran rekening gas dan listrik,
Kapal itu berlayar di dinding
Burung itu mematuk-matuk kepala sang biduan
(Sebuah cover CD)
Aku menggelisahkan ruangku,
yang kini menjadi sempit.
Kapal itu menghilang
Malam duduk di sudut itu
diselimuti udara yang begitu tebal.

Diterjemahkan oleh Achmad Aef dari versi bahasa Inggris Still Life yang diterjemahkan dari versi Arabnya oleh penyairnya sendiri.